Keramahan orang Kaokanao hingga Menu Burung Mata Merah yang Lezat

Setelah menghabiskan malam di sepanjang perjalanan dan meninkmati dinginnya AC hotel bintang lima itu, kami menitipkan barang-barang ke salah seorang warga Kaokanao. Setelah itu, kami menelusuri kampung-kampung di Kaokanao. Seorang teman yang lahir di tempat itu menjelaskan seluk beluk kampung dan sedikit mengingat masa kecilnya.

Seperti kebanyakan kampung-kampung tradisonal, perumahan di Kaokanao rata-rata masih sederhana dan tradisional hanya ada beberapa yang terbuat dari kayu yang terlihat lebih baik, rumah itu milik pedagang. Semua rumah di Kaokanao dibuat panggung kecuali pasar,  gereja dan masjid. Meskipun Kaokanao adalah kota tua di Kabupaten Mimika jangan berharap ada kendaraanyang lalu lalang. Ketika kami menelusuri perkampungan, hanya terlihat sebuah motor itu pun milik seorang pedagang.

Selain suasana yang masih tradisional, keramahan warga Kaokanao membuat saya terasa nyaman. Menyapa orang yang ditemui baik kenal maupun tidak, warga Kaokanao selalu memberi salam dan ada pula yang berjabat tangan seakan memberi ucapan selamat datang. Yah sikap ramah dan sapaan maupun senyuman sudah ditanamkan sejak kecil, sehingga semua itu menjadi satu keharusan dan kebiasaan.

Berbeda dengan di Kota Timika maupun di kampung saya, jarang orang mengucapkan salam (termasuk saya 😀 ). Tapi untuk empat kampung yang sudah saya datangi, Atuka, Nayaro, Tipuka dan semua kampung di Kaokanao semuanya ramah.

Lelah menyusuri kampung, kami beristirahat di rumah salah seorang penduduk yang kebetulan pemiliknya ke kota Timika. Perut terasa lapar, kami menunggu anak-anak kecil membawa ikan. Sore hari anak-anak itu menjual ikan dan udang, kami pun membelinya. Sayalah yang menjadi koki, hal itu biasa saya lakukan seperti saat di Balikpapan dulu. (masakannya kadang2 enak kadang2 tidak 😀 )

Malam telah datang, gelap gulita menyelimuti seluruh Kaokanao. Tak ada penerangan listrik dari PLN yang Brengsek itu. Hanya orang-orang yang memiliki genset saja yang dapat menikmati listrik termasuk rumah yang kami singgahi.

Setelah genset dihidupkan dan cahaya lampu menerangi seisi rumah, kamipun menyatap makanan yang ada. em… Ikan goreng segar dan udang asam manis… nikmatnya. Perut rasanya penuh sekali. Sebelumnya siang hari kami menyantap kelapa muda, rasanya lebih nikmat jika dibandingkan dengan kelapa di belakang rumah saya.

Setelah selesai makan, tiba-tiba dua orang anak kecil datang ke tempat kami dan menawarkan burung mata merah, 24 ekor yang mereka dapatkan dijual seribu rupiah pada kami. Saya membelinya dengan catatan mereka yang membersihkan. Setelah membersihkan burung itu, kedua anak itu makan dan setelah itu saya memberinya uang.

Mereka sangat bahagia dan berlari di kegelapan malamsampai kami tak dapat melihatnya. Sambil bercengkerama di teras rumah, saya mengoreng burung mata merah itu dan tentu sajan makan lagi…. yah makan, makan, dan makan.

Perut terasa kenyang, kami tidur menunggu pagi. jam 3 dini hari kami meninggalkan Kaokanao, saya tiba di rumah hampir 10.30 pagi. Sebagai oleh-oleh buat keluarga di rumah, saya membeli Karaka, Salak dan tentunya kelapa muda.

10 thoughts on “Keramahan orang Kaokanao hingga Menu Burung Mata Merah yang Lezat

  1. Karaka nya enak tidak??? ada om saya yg jadi mantri di kaokanao (bener g ini tulisannya, abis setahu saya secara lisan sih bilangnya kokonao, jadi baru tahu ini kalo nulisnya gini) sering blg kalo disana makannya sering karaka, hehehe. Salam kenal. saya orang sorong.

    Suka

  2. senang bisa baca artikelnya>>>>>!!!
    aq dari kokonao jg, ya klu mau dibilang asli sana cos dari lahir smpe gede aq disana. namun sekarang lg nyari ilmu dikota gudeg alias JOGJA.

    Suka

  3. Ping balik: Keramahan orang Kaokanao hingga Menu Burung Mata Merah yang Lezat – Berbagi Informasi

  4. Ping balik: Keramahan orang Kaokanao hingga Menu Burung Mata Merah yang Lezat – Catatan

  5. Ping balik: Keramahan orang Kaokanao hingga Menu Burung Mata Merah yang Lezat – Catatan

Tinggalkan komentar